DARI TENANNG MENJADI LIARR<< ITU SEMUA KARNA ALLOH<<<

Gelombang laut pantai selatan Bantul mulai mereda di hari ke dua. Setelah sebelumnya Senin (24/6/2013) malam, ombak bak tsunami setinggi hingga enam meter menerjang rumah penduduk dan merusak bangunan yang selama ini menjadi tempat tinggal warga diantaranya rumah Rubiyem. Namun tak begitu dengan jiwa Rubiyem. Ia terus diliputi kegundahan.
Dua kali Harian Jogja menyambangi Pantai Samas sejak hari pertama kejadian, wajah Rubiyem masih saja murung memandangi puing-puing bekas bangunan rumahnya yang kini tinggal kerangka. Di tengah tumpukan sampah dan puing bangunan yang dihempas gelombang pantai selatan, Rubiyem bersama sejumlah ibu-ibu lain yang menjadi korban bencana abrasi meratapi nasib mereka sembari saling menguatkan.
Saat malam tiba, perempuan yang hidup sendirian itu harus tidur di bawah pohon menjaga harta bendanya yang masih tersisa karena tak ada lagi tempat tinggal. Tak ada selimut layak untuk menangkis dingin angin malam laut selatan. Bantuan darurat yang dijanjikan pemerintah seperti selimut dan tenda tak kunjung tiba.
Kehilangan rumah pada malam nahas Senin (24/6/2013) lalu bukan kali pertama dirasakan Rubiyem. 2008 silam, sebuah rumah miliknya yang terletak di dekat Pantai Samas musnah ditelan keganasan ombak laut selatan.
“Waktu itu rumah saya habis kena ombak, lalu pindah ke rumah yang sekarang. Sebenarnya punya adik saya, saya yang nempati. Ternyata habis juga, sekarang sudah nggak ada lagi tempat tinggal,” tuturnya ditemui Rabu (26/6/2013).
Kini ia hanya berharap uluran tangan pemerintah. Rubiyem sangat menanti-nanti kabar gembira dari pemerintah bahwa akan ada relokasi bagi para warga yang menjadi korban abrasi ke lahan dan rumah yang baru. Meski di sisi lain, kebijakan tersebut tak selamanya positif bagi warga.
“Serba salah juga, kalau terlalu jauh tinggalnya mau kerja apa. Saya nggak punya lahan. Kalau tinggal di sini kan masih bisa jualan makanan, minuman dan penitipan motor,” pungkasnya.
Kisah pilu korban bencana abrasi juga diceritakan Yatiman, 38. Yatiman kini harus menumpang tidur di pelataran rumah tetangga karena tak ada tempat tinggal. Ia tidur beralas tikar bersama isterinya karena sebagian harta bendanya seperti kasur telah hilang dibawa ombak.
“Sudah tiga malam ini tidur di luar, nggak ada selimut cuma sarung. Pakai tikar tipis ini,” kata dia sembari menunjuk tikar plastik warna hijau miliknya.
Yatiman sedianya memiliki dua anak perempuan yang telah menikah, diantaranya tinggal di Gunungkidul. Ia juga mempunyai keluarga dekat di daerah Pajangan Bantul.
“Tapi saya nggak mau merepotkan, keluarga saya juga orang miskin. Kalau di dekat sini nggak ada keluarga, jadi nggak ada tempat tinggal,” ujarnya yang telah mempunyai rumah di Samas sejak 1998 itu.
INFORMASI YANG KU AMBIL DARI http://www.solopos.com/2013/06/27/
\ini foto2 yang kuu ambill dii sana<<PASCA BENCANA

daan
BPBD Bantul Siapkan Lahan Relokasi Warga Samas
http://www.ciputranews.com/kesra/bpbd-bantul-siapkan-lahan-relokasi-warga-samas
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyiapkan lahan untuk relokasi warga Pantai Samas yang rumahnya rusak akibat diterjang gelombang pantai.
'Saat ini sedang kami inventarisir lahan mana saja yang cocok untuk relokasi, mengingat ada beberapa lahan sultan ground yang masih kosong dan memungkinkan,' kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, Dwi Daryanto di Bantul, Kamis.
Menurut dia, gelombang tinggi yang terjadi dalam beberapa hari terakhir menimbulkan abrasi di Pantai Samas yang mengakibatkan belasan rumah warga rusak dan penghuninya harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Ia menyebutkan, total sebanyak 30 jiwa yang harus mengungsi, karena terkena dampak langsung, sedangkan permukiman warga di sekitar Pantai Samas yang berpotensi terkena abrasi diperkirakan mencapai 20 rumah.
'Dalam jangka panjang memang harus ada penataan di Pantai Samas, dan untuk sementara ini warga yang mengungsi masih berada di tengah-tengah masyarakat, sehingga ke depannya juga perlu sosialisasi,' katanya lagi.
Menurut dia, untuk penataan tersebut kemungkinan lokasinya tidak akan jauh dari kawasan Pantai Samas, termasuk akan mamanfaatkan lahan sultan ground yang masih berada di kawasan pantai ini.
'Ada lokasi alternatif di dekat masjid di Samas, mengingat kalau jauh tentu mereka tidak mau, jadi penataan tetap di wilayah itu namun mundur sekitar 200 meter dari tempat sekarang,' kata dia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar